Tuesday, June 3, 2008

Villa Merah dalam Ingatanku

Reuni Keluarga Villa Merah

Bawa Sudjarwa


Mendengar kata Keluarga Villa Merah, hampir bisa dipastikan rekan2 saat ini punya perspektif masing masing. Saya sendiri saat ini mempunyai ingatan tentang ”daftar nama alumni”, yang tertulis dengan huruf warna putih pada lempengan plastik berwarna dasar hitam, terpampang didinding bangunan warna merah dijalan tamansari 78, dikenal orang dengan Rumah Merah atau Villa Merah. Daftar nama itu sekarang tidak lagi terpampang disana, terakhir saya melihatnya dibangunan jl Citarum Bandung, disana masih ada sisa kebesaran villa merah. Bangunan itu cukup besar namun tidak cukup kuat memberikan obat kerinduan kita.

Contohnya, saya beberapa kali saya mampir kesana, tidak seperti ketika kita mampir bangunan rumah merah, Villa Merah. ”INI RUMAHKU” terucap dalam hati ketika kita memasuki halaman rumah merah tersebut, Ketika masuk rumah terasa seperti juragan yang baru pulang dari rantau, setelah berbulan bulan meninggalkan rumah, apakah dengan membawa oleh oleh, atau tangan kosong alias miskin, kalau pelit sih tidak.

Disana pertama kali yang kita temui, manusia2 yang kelaparan atau pas pasan, satu persatu keluar dari sarangnya masing2. Keluar dengan teriakan, gonggongan yang khas nan merdu dan nyaring karena kerasnya, OleeOleeeeeee........ OleeOleeeeeee........
OleeOleeeeeee........Alumniiiiiiiiiii..............................................

Disaat itu kita disambut dengan suka cita, yang disambut ole olenya, bukan alumninya , GRRRRRR kau, bosa basinya, ”wah sukses ya, dimana sekarang mas, lagi dinas ya, dalam rangka apa, nginep dimana, pertanyaan ini sudah mengarah ke ”traktirannya kapan” bla bla............. Coba rasakan, sebaliknya, kalau datang tanpa membawa apa apa buat mereka, dengan cepat satu persatu mereka kembali kesarangnya masing masing, tanpa kehangatan.

Satu persatu kamar demi kamar kita datengi, sambil bercerita, ini dulu kamarnya BIRONG, yang ini CORO , diatas KEMBO, yang kamarnya KEBO, tapi diajarang tinggal disini, KOPRAL ada ditas, si BONGKOK dan pemalas ada disini, eeeeeeee yang itu kamarnya BEKICOT. Nostalgia itu serta merta berkembang dan membuat aku berada di koorrdinat 30 tahun yang lalu. Nikmat sekali hidup ini, cuman ber modal gelas & mulut, kita sudah bisa meneguk susu coklat. Susu dari kamar5, coklat dari kamar 7, gula dari kamar 13. Disaat pencarian persediaan tadi selesai air sudah mendidih, biasanya itu dilakukan diwaktu malam. Lain halnya dengan sarapan pagi, penghuni yang keluar kota dan nginep, tidak pulang, menjadi sasaran paling empuk, sarapan yang hanya nasi putih dan teler rebus separo, itu sudah menjadi hitungan. Jangan kan yang itu, yang karena kuliah pagi, tidak jarang sering pulang kuliah menemui jatah sarapannya sudah HAMBLAS. Rajawali tukang sikat itu namanya BURSMA, kalau tidak dia IRZAL, memang dua duanya tergolong mahasiswa jauh dari rantau dan pasapasan.

Kebanyakan dari mereka, masuk asrama dalam rangka menekan biaya hidup, bukan karena upaya menabung, tapi memang mereka ternasuk golongan ekonomi lemah, yang kuat cuma tekatnya saja. Masuk asrama tidak mudah, kita ini sudah miskin, masuk asrama ketemu sama orang yang lebih miskin tapi sok bergaya seperti orang kaya. Sudah untung dibawain oleh oleh, eh didepan kita dibilang menghina, kacang dibuang, kita diusir, kita pergi, kacangnya diambil lagi. Besoknya, mulai pendekatan, sambil nanya lagi ole olenya apa lagi, dasar.

Gojlokannya 6 bulan, tulis acara tv di papan tulis setiap hari, pakai dasi dan duduk diruang tamu, sambil menunggu bell. Orang pasti bertanya tanya, pasti ini golongan mahasiswa yang lemah otak, sehingga agak miring miring sedikit.

Belum lagi lari malam, kapan belajarnya, sehingga prestasi akademisnya tidak terlalu baik, masih untung lolos, tidak kena mahasiswa 88, bahkan masih ada keluarga kita yang masih belum selesai. Jangan kuatir banyak dari keluarga kita yang sukses, terlalu banyak untuk disebutkan.

Masih ingat mesranya kita berhubungan keluarga asrama putri, UPIL sang pangeran dengan gitarnya mempesona mereka terlibat dalam irama Eidelweiss yang melebihi sks matakuliah manapun diITB, selalu setia datang rumah kita.

Bagaimana mereka terlibat dalam acara pelantikan penghuni, bagaimana berpartisipasi dalam setiap acara wisuda sarjana Villa Merah, dengan pesta dikegelapan.

Traktiran insinyur baru, biasanya pesta gratis bagi penghuni baru, rela melakukan apa saja agar bisa makan ayam AEP, termasuk mengumpulkan tulang tulang ayam untuk kucing/anjing yang dirumah. Dasar mereka Botol penuh kecap disikat juga oleh FAHMI.

Rasanya kita kompak betul, kita terasa dekat sekali, melebihi keluarga saja, tidak terasa, yang kalau saja fungsi rumah itu masih ada, anak kita mungkin menggantikan kita, tinggal di rumah kita. Setelah tidak adalagi fungsi itu, rumahnya masih ada, lambat tapi pasti, semakin jauh kenangannya, semakin pudar dan ......................................................

Tapi anda pasti rindu, kangen, serta mau dong kalau kita berkumpul lagi ................... untuk mendekatkan kembali ingatan kita, bahwa kita pernah serumah, bahwa kita pernah berantem didepan tV, kita pernah makan bareng, traktiran bareng, bimbingan bareng, naksir bareng, pesta bareng, lulus bareng, dilantik bareng, penghuni baru bareng, di grujug comberan bareng, lari malam bareng, kasur dikerek baRENG, debat setiap pagi dengan koran, kita pernah bareng ..........................., kita pernah bareng ..........................., kita pernah bareng ..........................., kita pernah bareng ..........................., kita pernah bareng ........................... (isi sendiri).

KITA AKAN REUNI BESAR

Pastikan kapan, acaranya, tempatnya, bentuk panitia kecil pelaksana, bentuk sterring commitee, tentukan kelompok penyandang dana. Kita bakar sebua hambatan, rintangan serta kendala yang ada.

KITA AKAN KEMBALI SEPERTI DULU,
SEPERTI DISAAT KITA TINGGAL DIVILLA MERAH,
WALAU DALAM LAMUNAN

Terimakasih

Tulisan ini ditulis Mas Bowo menjelang pertemuan Alumni VM yang mengambil tempat Gedung Pertemuan Universitas Terbuka (tahunnya lupa)